Rabu, 26 Desember 2018

Menginap di bandara DMK (Don mueang) Bangkok



Kenapa menginap di Bandara? ada beberapa alasan sih biasanya kenapa orang-orang lebih memilih menginap di Bandara darpada menyewa hotel atau penginapan.
Kalau aku, yang pertama karena besok pagi ada penerbangan ke Hatyai (salah satu kota di Thailand) dan jarak bandara dari downtown Bangkok lumayan jauh,  daripada menanggung resiko ketinggalan penerbangan, lebih baik nginep di Bandara dengan fasilitas seadanya.
yang kedua tentu saja pilihan menginap di bandara menyangkut prinsip backpacker yang kudu mementingkan kehematan. Daripada tidur nyaman dikasur empuk hotel, membayar sewa, tapi resiko tinggi ketinggalan pesawat, aku rasa pilihan tidur di bandara adalah yang paling tepat.
Ini bukan kali pertama buatku menginap di Bandara, aku juga pernah beberapa kali menginap di bandara KLIA2 Kuala lumpur, dan di Bandara Than sho nath, Ho chi minh city Vietnam.
Bandara DMK lumayan luas, 3 lantai. Kami tiba di DMK malam hari sekitar jam 23.00 waktu setempat setelah menaiki bis A4 dari khaosan road. dan benar saja, dari khaosan road ke bandara memutuhkan waktu leih dari 1 jam perjalanan.  Penerbangan kami masuk ke penerbangan domestik, jadi saat tiba di bandara kami langsung ke arah domestiic departure (ke arah kanan dari pintu masuk). Dari arah pintu masuk setelah turun dari bis A4, berjalanlah lurus tanpa naik eskalator ke arah keberangkatan domestik. melewati counter check in air asia, disekitar ini juga banyak kursi tunggu yang berjejer tapi menurutku kurang nyaman dijadikan tempat tidur karna letaknya yang yang dekat dengan pintu masuk, dan lalu larang orang disitu lumayan rame jadi bakalan sedikit risih jika kalian tiduran disitu. Spot tidur yang aku maksud ini bukannya berupa karpet tebal yang bisa kalian buat guling-guling gitu ya hehehe
Gambarnya aku cantumin di bawah.


Spot ini merupakan deretan kursi tunggu penumpang yang lumayan lah buat merebahkan diri beberapa jam. tempatnya lumayan sepi saat kami sampai disana. Hanya ada beberapa orang yang sudah siap dengan posisi berbaring miring di deretan kursi sebelah. Tapi beberapa jam kemudian semua kursi hampir terisi dengan orang-orang yang juga memilih 'tidur' di bandara seperti kami. Spot ini strategis, dekat dengan toilet dan ada tempat buat charge hp gratis.
Saranku, kalau kalian berencana menginap di DMK, bawalah selimut ringan atau jaket karna semakin malam tempat ini makin dingiiin. karna aku sudah merencanakan menginap di bandara DMK jadi sudah siap sedia selimut(red: sarung bali) biar gak kedinginan. Hati-hati dengan barang bawaan juga ya...taruh dokumen penting seperti uang, paspor dan kartu2 ditempat aman sebelum terlelap. Kalau aku biasanya bawa 2 tas selempang(sling bag sama waist bag yang nempel di badan kita) waist bag berguna banget buat naruh dokumen penting saat menginap di bandara biar lebih aman. nanti aku share gambarnya dibawah ya.. harganya cuma 20ribu, aku belinya di shopee (ukan promosi hehe)





Kalau kalian lapar, di bandara ada foodcourt yang buka 24 jam, ada di lantai 3. dan bagi yang muslim tenang saja, di food court saya sempat melihat ada satu restoran halal.
Ah iya, di DMK juga ada musholla(prayer room) yang bagus dan nyaman. tapi tidak boleh tidur di musholla ya...karna musholla nya dibuka dari jam 4 pagi sampai jam 23 untuk menghindari ada yang sengaja tidur disana. Di toilet bandara semuanya toilet kering alias apa-apa kudu pake tissue, kecuali di musholla ini (Alhamdulillah banget kan ). Mushollanya luas, nyaman dan bersih. tempat sholat cowok dan cewek terpisah, di musholla disediakan mukenah yang juga bersih.
letak prayer roomnya di arah keberangkatan domestik(sebelum counter check in air asia), di seberangnya outlet minuman Cha tra mue, pas didekatnya outlet simcard. Papan petunjuknya jelas banget kok, jadi kalian bakalan mudah menemukan letak prayer room nya.
Usai sholat subuh kami langsung bergegas menuju keberangkatan domestik menuju Hatyai... see you Bangkok..






jika ingin bertanya silahkan tinggalkan kometar kalian di bawah ya.. atau bisa dm aku di IG @ismiasiseh. Semoga infonya bermanfaat.

Bangkok day 1 : Grand palace, wat arun dan Asiatique by boat


Bangkok day 1 : Grand palace, wat arun dan Asiatique

Wat arun

Bangkok menyambutku dengan cuaca hangat di hari pertama, setelah sebelumnya disuguhkan dengan cuaca mendung sejak di Surabaya kemudian berlanjut di Kuala lumpur. Semalam flight menuju Bangkok dari Kuala lumpur sempat tertunda beberapa jam sebab cuaca buruk, hujan(yang mungkin disertai petir) yang menyebabkan ATC bandara memutuskan menunda beberapa penerbangan termasuk penerbanganku menuju kota seribu pagoda.

Hello Thailand! Thailand ada dalam salah satu list impian yang pernah kutulis di sekitar tahun 2016 silam. Di bulan hujan, Desember 2018 impian itu terwujud. Zona waktu di Thailand sama dengan di Jakarta, dan setelah sarapan di hotel, aku siap menjelajahi kota Bangkok hari ini.
Tujuan pertama adalah grand palace. Ini merupakan komplek istana thailand yang berisi candi-candi, paviliun kerajaan, dan bangunan-bangunan yang bernilai seni. Menuju kesana menaiki perahu dari pelabuhan sathorn pier. Letak pelabuhan ini dekat sekali dengan hotel. Ohya, selama di Bangkok aku menginap di glur Bangkok hostel. Dari hotel menuju pelabuhan hanya tinggal jalan kaki sekitar 5 menit. Perjalanan meuju grand palace memakan waktu sekitar 20-30 menit karena pelabuhan pemberhentian untuk menuju grand palace lumayan jauh. Ongkos perahu THB 15 (kapal bendera orange).
sungai chao praya Bangkok

Membeli tiket kapal berbendera orange diloket ini

Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi dengan pemandangan lalu lalang kapal dan perahu dengan kecepatan lumayan tinggi  saling bergegas mengangkut penumpang dari dermaga satu ke dermaga lainnya. di kanan kiri, ditepi sungai chao praya yang sibuk, berjejer bangunan-bangunan raksasa seperti hotel, mall, dan rumah-rumah penduduk yang sama sekali tak terlihat kumuh. Salutnya lagi sungai ini bersih sekali. Di shatorn pier tadi aku sempet liat dibawah jembatan pelabuhan dipasang semacam jaring untuk menampung sampah. Riak ombak yang mengguncang perahu tak menyurutkan rasa riang berbaur dengan penduduk lokal yang bersiap memulai kegiatan mereka di kota Bangkok. Di sebelahku, seorang anak lelaki berseragam(yang mungkin masih sekolah dasar) menikmati sarapan paginya(mie instan cup) dengan sumpit, seakan tak acuh dengan penuhnya penumpang yang beberapa berdiri di sampingnya oleh karena tidak mendapatkan tempat duduk di perahu.
Aku tersenyum sedikit, bocah ini mungkin seumuran dengan adikku, Fahmi.
Sebelum sampai di grand palace, perahu melaju dibawah dua jembatan besar yang kokoh diatas sana. Berhenti di beberapa pier(pelabuhan), mengangkut dan menurunkan penumpang meski hanya sedikit dan tak terlalu signifikan mengurangi jumlah penumpang karena aku yakin dengan melihat wajah2 penumpang, bahwa hari itu kebanyakan penumpang adalah turis yang juga bertujuan sama denganku ke grand palace.

Tiba di pelabuhan menuju grand palace, aku ikut turun bersama gerombolan turis lainnya. Melewati pasar kecil yang serta merta membuatku takjub dengan lezatnya jajanan yang mereka jual. Dalam hati berbisik mengingatkan diri bahwasanya tujuan pertama belum tercapai, jajannya ditunda dulu setelah selesai dari grand palace hihihi
jalan di seberang pintu masuk menuju grand palace

Sabtu, tentu saja tempat wisata akan ramai dengan wisatawan tak terkecuali grand palace yang notabene merupakan jujukan pertama para turis jika berkunjung ke Bangkok. tiket masuk ke grand palace THB 500 (setara Rp 229.000 dengan kurs 1 Rp = 458 Bath), lumayan mahal untuk kantong backpacker macam diriku. Namun karena ini salah satu tujuan utama di Bangkok baiklah hari ini sedikit tidak berhemat tak apa. Saya sarankan datang ke grand palace pagi sekali biar tak gosong seperti nasibku yang sekitar jam 10 baru tiba disana. Panasnya luar biasa, ditambah dengan lautan wisatawan yang hilir mudik saling jepret. Hampir tak ada space foto yang akan sukses mengabadikan potret diri tanpa lalu lalang orang disekitar. 

salah satu bangunan di komplek grand palace

Grand palace hari itu overload! Sempat menyurutkan semangat untuk mengabadikan momen di kamera, namun sama sekali tak menyurutkan semangat mengenangnya dengan mata dan kepala(otak)ku. Bukankah kenangan yang paling awet adalah dalam ingatan kita? kamera tertinggi pixel nya, terbaik resolusinya adalah mata yang diciptakan Allah? itu sebabnya, aku lebih suka menikmati banyak waktu melihat dengan seksama meski ditengah kerumunan, dibandingkan dengan sibuk jepret-jepret dengan kamera(ya, alasan lainnya juga karena kamera hp ku tidak terlalu bagus hehe).
Tapi serius, aku bisa menciptakan senyum ketika mengamati sekitar yang membuatku takjub. Dan grand palace sukses membuatku beberapa kali bergumam waw masya Allah indah sekali ciptaan Allah.
sebelum pintu keluar grand palace, ada pohon kamboja yang bunganya berguguran,dibawahnya ada bangku2, lalu mungut satu bunga yang jatuh kemudian jepret dulu hehe

Usai puas dan kepanasan di grand palace, kemudian melanjutkan perjalanan ke Wat arun yang biasa juga disebut kuil atau candi putih karena berbeda dengan grand palace yang hampir semua bangunanya bernuansa emas, wat arun memiliki nuansa putih dengan perpaduan gaya bangunan thailand dan khmer pada candi-candinya. Kesana masih dengan perahu dengan ongkos 30 bath(lebih mahal karena ini kapal bendera kuning). Di part lain in sya Allah aku bakal jelasin bedanya bendera orang, kuning, hijau dan biru di kapal yang berlalu lalang. Harga tiket masuk ke wat arun 10% nya htm grand palace alias hanya THB 50.  Wajar saja karena komplek candi ini tidak seberapa luas seperti grand palace. Menghabiskan waktu sekitar satu jam di wat arun, kemudian ketika matahari mulai bersahabat menurunkan tingkat sengatannya dikulit dan merasa puas mengelilingi kompleks wat arun, aku memutuskan untuk kembali ke shatorn pier, sholat, istirahat sebentar di hotel kemudian melanjutkan penjelajahan hari itu ke asiatique. Kembali menuju shatorn pier menggunakan kapal bendera kuning dengan ongkos 20 bath.

Wat arun juga penuh dengan wisatawan
Rujak ini sumpah enak banget :( beli dikompleks belakang wat arun ketika muter cari resto halal dan sayangnya lagi tutup, akhirnya makan siang dengan rujak lezat ini

Matahari mulai merubah warnanya dari kuning cerah menuju jingga. Beriak sungai chao praya seakan tak lelah dibelah oleh kapal dan perahu yang saling balap. Jika tadi saat berangkat wajah-wajah penumpang masih segar, diperjalanan pulang wajah2 terlihat kuyu kelelahan. Warga lokal dengan baju yang tak serapi saat berangkat, mendekap tas,mengobrol atau ada beberapa yang sibuk dengan ponsel, mengabaikan riuh suara ombak disamping dan gerungan mesin kapal yang terlalu bersemangat sejak pagi tadi. Aku lelah, kakiku mulai protes, perutku mulai meronta, tapi hatiku tentu tidak, semangatku masih banyak stoknya. Memori dikepalaku masih banyak spacenya, kartu memori di otakku masih sanggup mengajak lelahnya kaki melanjutkan perjalanan hari itu di Bangkok.
Sekitar dua jam kemudian, saat matahari merundung senja dan gelap mulai memberi pertanda agar lampu-lampu mulai disemarakkan, asiatique menjadi pilihan terakhir menutup city tour ku hari itu di Bangkok. Ini semacam pasar malam modern. 

Bagian depan asiatique

nih dia  travelmate akuuu

Banyak yang bisa dilihat dan dibelanjakan disini. Ada kapal gratis yang memang disediakan untuk pengunjung menuju ke dan pulang dari asiatique hingga terakhir di jam 23. Sekitar jam 10 akhirnya memutuskan kembali ke hotel oleh sebab tidak kuat menahan godaan terlalu bagus-bagusnya barang-barang dan lezatnya makanan-makanan di asiatique yang mana tak sebanding dengan recehan THB yang dibawa kesana hahaha
Walhasil, di asiatique aku hanya mampir ke kios cover paspor guna membeli titipan orang-orang karena memang saat itu aku membuka jastip alias jasa titip cover paspor. prinsipku, kalau bisa dapat untung kenapa ngga? berdagang everywhere hihi
Sekian cerita hari ini. merasa ada yang perlu ditanyakan? bisa kontak aku by dm instagram ya di @ismiasiseh atau email ke isme.azizah@gmail.com