Ilustrasi 2020 : source www.google.com |
Kamis, 08 Oktober 2020
2020
Kamis, 24 September 2020
Satu hari di Hatyai
Wat Hat Yai Nai |
16-18 Desember 2018
Penerbangan domestik pertama diluar negeri. Setelah
dipikir-pikir, bahkan di Negara sendiri saja, aku belum pernah sekalipun
memiliki agenda terbang antar kota. Semalam kami naik bus dari Kawasan Khaosan
road menuju Bandara. Perjalanannya cukup lama, sekitar satu jam lebih karena
Bandara adalah tujuan terakhir Bus tersebut.
Keisengan Dewi menghasilkan foto candid diruang tunggu |
Sekitar 40 menit penerbangan aku benar-benar ngantuk dan tertidur
pulas bahkan sebelum pesawat take off. Mungkin karena semalam tidurku tidak
terlalu pulas. Aku terbangun saat pramugari memberikan secarik kertas imigrasi
untuk diisi bagi warga asing yang akan mendarat di Hatyai dan kemudian Dewi
menjawil bahuku dari belakang untuk meminjam pulpen. Kami memang tidak duduk
bersebelahan di penerbangan kali ini.
Pesawat landing dengan mulus di Bandara Hatyai. Keluar
dari pintu kedatangan, kami langsung membeli tiket bus yang ada didepan pintu
kedatangan.
Bis yang akan membawa kami ke pusat kota |
kami turun di pemberhentian yang digaris bawah dengan pulpen |
Gerimis turun mendahului sebelum kami sampai ke tujuan.
Sedari kami tiba di Hatyai cuaca memang mendung. Beberapa pemberhentian
selanjutnya, bus tiba di Lee garden plaza dan kami siap2 turun kemudian
langsung menutupi ransel dengan rain cover. Saat kami turun gerimis
mulai reda sehingga aku dan Dewi memutuskan tetap berjalan tanpa berteduh
terlebih dahulu. Tujuan kami adalah kantor Davis tour&travel untuk membeli
tiket bus menuju Kuala lumpur. Kantor travel ini adalah yang paling banyak
direkomendasikan berdasarkan review yang sebelumnya aku baca di google.
Selain naik bus menuju Kuala lumpur, ada juga pilihan naik
kereta namun jadwalnya kurang fleksibel dan tidak bisa dicocokkan dengan jadwal
kami.
Ohya, dalam tulisan kali ini maaf banget aku tidak bisa
sekaligus mencantumkan budget dan rincian biaya selama di Hatyai dikarenakan
catatan yang kutulis di Note Hp hilang saat berganti Hp tahun lalu.
Beberapa saat berkeliling mencari alamat Davis
tour&travel, akhirnya kami menemukannya. Sepanjang perjalanan mencari
alamat, gerimis reda dan cuaca perlahan mulai cerah. Kesibukan pusat kota
Hatyai beserta aktifitas warga disepanjang jalan menjadi hiburan tersendiri.
Benar saja, banyak terlihat perempuan berjilbab lalu lalang.
Suasana kota Hatyai usai gerimis |
Kantor Davis tour&travel |
Kedai makanan halal tempat kami makan |
Selagi menulis ini, masih terbayang jelas keseruan naik
angkot di Hatyai, berdempetan dengan warga lokal yang mengobrol dengan Bahasa
yang tidak kami mengerti yang membuat aku dan Dewi cengar cengir berdua. Sudah
memasuki siang hari namun sisa hujan menjadikan cuaca sejuk. Seingatku, tujuan
kami adalah destinasi terakhir jadi selama sisa perjalanan, penumpang angkot
hanya ada kami berdua. Pak sopir angkotnya terlalu berinisiatif mengantarkan
kami hingga kedalam halaman Wat Hat Yai Nai untuk kemudian meminta ongkos lebih
atas inisiatifnya sendiri. Ya sudahlah ya, udah terlanjur diantar kedalam.
Di Wat Hat Yai Nai kami tidak terlalu lama, karena merasa
takut dengan banyaknya anjing penjaga kuil yang berkeliaran. Di Kuil ini ada
patung budha tidur seperti yang ada di Wat Pho Bangkok. Beberapa saat kemudian
aku dan Dewi buru-buru keluar dengan hati-hati, menghindari menarik perhatian
anjing-anjing yang sedari tadi melihat kearah kami.
Patung Budha tidur di Wat Hat Yai Nai |
Salah satu bangunan kuil di Wat Hat Yai Nai |
Selfie sebelum pergi dari Wat Hat Yai Nai sembari cemas ada kawanan anjing menghampiri |
Beberapa saat kemudian satu angkot berhenti dan sopirnya
menanyakan tujuan kami yang lalu selanjutnya kami tawar menawar harga untuk
menyewa angkot tersebut sampai ke tujuan kami.
Lokasi Hat yai municipal park ini agak diluar wilayah kota
sehingga maklum saja jika jarang kami temukan angkot yang menuju kesana. Kalian
bisa menemukan angkot yang menuju kesana dengan mudah jika titik keberangkatan
adalah disekitar Lee garden. Beda halnya dengan kami yang memang mencari
angkotnya didepan jalan raya dekat Wat Hat Ya Nai.
Karena kami menyewa untuk sekali jalan, setelah menurunkan
kami didalam area taman angkot tersebut putar balik kearah kami datang tadi.
Hat Yai municipal park adalah sebuah taman yang sangat luas,
yang ga bakal bisa dijelajahi dengan berjalan kaki seperti yang kami lakukan.
Menurut yang aku baca, dibagian atas taman ini ada kuil Dewi Kuan Im yang bisa
dicapai dengan berkendara atau menaiki cable car ke puncak bukit. Keterbatasan
waktu menjadi alasan bagi kami untuk tidak melanjutkan kunjungan hingga ke
puncak bukit. Berkeliling disekitar taman dan mulai merasa lelah, ditambah pula
persediaan air minum di tumbler sudah habis membuat kami memutuskan untuk
segera mengakhiri jelajah singkat kami di Hatyai dan Kembali ke Davis tour
menunggu hingga jadwal keberangkatan bus tiba.
Sebelum sempat kami mencari gerbang keluar menuju
jalan raya, hujan tiba-tiba turun dan mulai deras. Mencari tempat berteduh
terdekat selain pepohonan, kami menemukan gedung yang tanpa pikir Panjang kami
datangi untuk berteduh.
Ada loket didepan Gedung dan dua orang petugas yang berjaga.
Akhirnya sembari menunggu hujan reda dan permisi sama orang di Gedung, aku
berpikir untuk sekalian bertanya bagaimana akses menuju puncak bukit taman ini
pada petugas yang untungnya bisa berbahasa Inggris dengan jelas. Mereka
mengatakan bahwa akan sulit untuk mencapai tempat kereta gantung tanpa
kendaraan karena lokasinya agak diatas. Baiklah, memang sepertinya belum bisa
berkunjung hingga keatas.
Setelah mendapatkan jawaban, kami minta izin untuk berteduh
hingga hujan selesai atau reda dan respon mereka sangat ramah. Dua petugas
diloket tadi keluar menuju pintu dan mempersilahkan kami menuggu diruang tamu
sampai hujan reda.
Masuk ke dalam Gedung dan melihat dispenser air diruang tamu
membuat kami agak ngelunjak minta air karena sumpah haus banget hahaha
Untungnya si mas penjaga loketnya baik banget,
mempersilahkan kami minum sepuasnya. Saat kami mengambil air minum, dia pamit
ke dalam loket sebentar dan Kembali setalah kami menghabiskan air digelas.
Disamping ruang tamu tempat kami duduk, ada kolam renang yang ramai oleh orang
yang berenang diiringi alunan music klasik. Setelah diperhatikan lebih seksama,
kebanyakan yang berenang disana adalah orang-orang difabel namun dengan wajah
yang ceria. Kami baru mengerti setelah dijelaskan oleh mas penjaga loket bahwa
Gedung ini adalah tempat healing atau pemulihan untuk orang difabel dan
kegiatan berenang diiringi music klasik yang sedang kami saksikan adalah salah
satu kegiatan rutin yang mereka laksanakan digedung ini.
Tak berselang lama sejak kami bertiga mengobrol diruang
tamu, hujan diluar sudah reda kemudian kami bergegas pamit pada orang-orang
baik di Gedung itu yang mengizinkan kami sejenak beristirahat disana. Berjalan
kaki beberapa menit hingga tida di jalan raya depan taman, tak berselang lama
kami menemukan angkot yang mau berhenti saat kami melambaikan tangan.
Alhamdulillahnya, angkot ini memang salah satu pemberhentiannya adalah Lee
garden jadi kami ngga harus carter dengan membayar ongkos lebih seperti saat
berangkat kesini tadi.
Cuaca mulai panas kembali saat perjalanan Kembali. Ketika
itu kira-kira sudah jam 2 siang, kesibukan orang dijalan menjadi hal menarik
untuk diamati. Anak-anak berseragam sekolah yang satu dua naik angkot yang kami
tumpangi, beberapa gerombolan yang menyebrang jalan menuju pusat perbelanjaan
diseberang jalan, kernet wanita yang duduk disebelah sopir(yang kurasa adalah
istri si sopir) berteriak khas kernet dengan Bahasa Thailand yang pasti artinya
adalah ajakan buat penumpang naik ke angkotnya hehe
Seperti angkot pada umumnya, angkot yang kami tumpangi juga
tak jarang mengetem dibeberapa lokasi seperti pasar atau keramaian. Mata mulai
mengantuk dan untuk beberapa saat aku tertidur hingga suara koin jatuh
membangunkanku dan ternyata itu yang jatuh adalah uang koinku sisa kembalian
ongkos angkot yang masih kupegang haha
“Ngantuk kak?” Dewi menyahut dengan cengirannya
“Iya beb”
Selanjutnya kami saling tertawa dan beberapa penumpang ikut
tersenyum meski mungkin mereka ngga tau apa yang kami tertawakan, karena kami pun
juga ga paham kenapa kami tertawa. Sepertinya menertawakan kebodohanku saat
memungut koin sembari berpegangan pada kursi angkot dengan mata merah yang
masih ngantuk.
30-40 menit berselang, angkot memasuki wilayah pusat kota
dan kami bersiap-siap turun.
Saat turun, sopir angkot memberi arahan bahwa kami hanya
perlu berjalan lurus, belok kanan dilampu merah, lurus lagi kemudian akan
menemukan Lee garden. Lee garden ini semacam bangunan pusat perbelanjaan gitu
kayaknya, karena kami tidak sempat masuk dan hanya menjadikannya acuan terdekat
dengan Davis tour. Ujung-ujungnya sih arahan dari si sopir terlupakan dan kami
mengandalkan Google maps. Melirik jam di Hp, kami masih punya banyak waktu
sebelum jam 7 malam jadwal bus, jadi selagi mencari Lee garden aku sama Dewi
beli Thai tea dan lagi-lagi camilannya rujak buah! Penjual buah atau penjual
rujak buah dipinggir jalan memang sangat menggoda, jadi inget lagi kan sama
rujak buah yang rasanya maknyus yang kami beli dibelakang Wat Arun.
Beb, kalau kamu baca bagian ini aku rasa kamu juga bakalan
kebayang rasanya sambel rujak Thailand yang ga ada duanya itu, yang kita beli
pas lapar-laparnya setelah berkeliling Wat arun karena ga berhasil nemuin
warung berlogo halal. Sumpah aku juga ngiler selagi nulis ini beb hahaha
Sayangnya rujak buah yang kami beli di Hatyai sambalnya
tidak seenak yang di Wat arun meskipun kami belinya sama2 dalam kondisi
kelaparan.
Beberapa bulan sejak Kembali dari Thailand aku ngiler sambal rujak Thailand dan coba beli online di marketplace, dan rasanya mengecewakan ga sesuai ekspektasi. Nanti kalau Allah mengizinkan aku bisa Kembali datang ke Thailand, semoga tukang rujak itu masih mangkal disana. Wajib beli!
Sore hari menjelang, kami sudah sampai di Davis tour
kemudian bergantian jamak sholat dhuhur dan ashar. Disana kami bertemu dan
mengobrol dengan dua orang dari Malaysia yang juga menunggu jadwal bus menuju
Kuala Lumpur dan kebetulan jadwalnya sama dengan kami. Namanya kak Azmi dan kak
Anis, mereka berlibur juga ke Hatyai. Alhamdulillah sampai sekarangpun kami terkadang
masih berkomunikasi lewat Instagram. Semakin mendekati jadwal keberangkatan
bus, beberapa orang lainnya juga mulai berdatangan ke Davis tour. Ketika
menunggu Bebeb sholat aku juga sempat mengobrol dengan mas-mas asal Malaysia
yang baru datang berlibur dari Koh Samui, Thailand. Sebut saja Namanya Mas Koh.
Beberapa saat kemudian ada tuk-tuk(angkot) yang menjemput
kami untuk menuju tempat parkir bis. Gerimis turun lagi, menghantar kami dalam
cuaca dingin. Di dalam tuk-tuk untung saja kami bisa berkomunikasi dengan
penumpang lain karena memang selain kami, penumpang yang lain berasal dari
Malaysia.
Ada kejadian konyol yang melibatkan Mas Koh Ketika tuk-tuk
sampai di tempat bis parkir dan kami mulai menaruh ransel masing-masing kedalam
bagasi. Kepalaku kejedot bagian atas bagasi bus cuy! Mas Koh yang ada
disebelahku reflek mengelus kepalaku. Mirip dikitlah sama adegan-adegan FTV.
Peringatan nih buat cowok-cowok jangan sembarang elus2 kepala cewek apalagi
yang belum kenal! Bisa menimbulkan baper tingkat FTV woy!
Eh ayo lanjut ke jalan yang benar. Perjalanan menuju Kuala
Lumpur memakan waktu sekitar 9 jam. Bus nya sangat nyaman dengan ruang kaki
yang luas, jadi 9 jam perjalanan sepertinya tidak akan terlalu lama apalagi aku
berencana untuk tidur selama perjalanan.
Sepertinya satu atau dua jam perjalanan bus berhenti untuk
urusan Imigrasi keluar Thailand. Ini penting nih: pas masuk Thailand beberapa
hari lalu kita bakalan dikasih arrival card gitu, nah itu ngga oleh dihilangin
ya! Gawat kalo hilang karena itu harus diserahkan Kembali ke Imigrasi Thailand
saat kita mau keluar Thailand. Kalo hilang gimana? Mungkin akan dikenakan denda
yang tidak sedikit dan tentu saja akan diinterogasi dulu.
Sumpah aku senam jantung pas sampai di Imigrasi keluar
Thailand dan lihat orang-orang didepanku menyerahkan arrival card tersebut,
karena aku ngga inget naruh arrival card punyaku dimana.
Setelah aku ubek-ubek ransel dan slingbag ku dengan cemas,
ternyata itu si kertas kedatangan terselip di paspor yang aku pegang! Aman
deh..
Sorry beb, pas itu aku juga pasti bikin kamu panik haha
Mata yang semula masih mengantuk langsung melek akibat drama
pencarian arrival card.
Selesai mendapat cap keluar Thailand dipaspor, kami masih
harus mengantre untuk mendapatkan cap kedatangan di Imigrasi Malaysia.
Pemberhentian selanjutnya setelah 2 Imigrasi adalah rumah
makan. Semua penumpang turun untuk makan atau sholat. Aku dan Dewi satu meja
makan dengan Kak Azmi dan Kak Anis, melanjutkan mengobrol sembari makan.
Sisa perjalanan kami manfaatkan untuk tidur. Sekitar menjelang subuh bis sampai di terminal TBS Kuala lumpur.
Cerita Hatyai sampai disini. Kuala lumpur mungkin tidak akan
kuceritakan lagi karena sudah pernah menulis tentang Kuala lumpur sebelumnya.
Terima kasih untuk orang-orang yang ada dalam ingatanku tentang Hatyai,
terutama untuk Dewi. Aku menikmati dan mensyukuri setiap kenangan yang kita
buat selama perjalan kita Beb. Semoga tulisan singkat ini bisa mengikat
kenangan kita lebih lama melampaui ingatan yang mungkin suatu saat akan pudar.
Sulit untuk menemukan teman jalan yang asik dan pas dengan
diri kita, bahkan sahabat yang sudah lama bertemanpun belum tentu bisa jadi
teman jalan yang seru. Pengecualian untuk Dewi yang kurasa sudah lolos seleksi
sahabat yang juga bisa jadi teman jalan yang klop! Aku harap aku juga dianggap
teman jalan yang asik bagimu beb, jika belum coba nanti kita mojok bisik2 di whatsapp,
sebutkan bagian mana dariku yang kurang asik selama perjalanan hihiii
Aku menantikan waktu di masa depan dimana kita bisa kembali
membuat kenangan dalam perjalanan lain beb! Tentu saja aku juga berharap
anggota ASR yang lain juga ikut serta dalam perjalanan kita selanjutnya.
Cheers,
Ismi.A
Sabtu, 18 April 2020
Bali-Nusa Penida 6 hari budget 1 Jutaan(Part 2, selesai)
Pantai Balangan dari atas bukit |
Tidak bisa menemukan pintu masuk ke pantainya dimana, tiba2 kita muncul dari atas bukit ini |
Pantai selanjutnya, yang aku lupa namanya. Pantainya sepi, hanya ada beberapa turis selain kami yang kebanyakan sedang surfing atau belajar surfing. Ombaknya memang cocok buat surfing. |
Sekitar jam 12 kami balik ke hostel buat ambil tas dan checkout kemudian menuju tempat mba Sari. Setelah bertemu dan istirahat bentar dikosannya, mba Sari ngajak kami ke pasar Sukowati karena kami bilang pengen beli oleh-oleh ditempat yang murah. Saat itu pasar Sukowati sedang tahap renovasi, jadi dipindah sementara di area lapangan gitu. Pasar ini emang beneran murah-murah harga barangnya, terutama kalau kalian pinter nawar. Ngga pake nawarpun harganya udah tergolong murah menurutku, atau karena mungkin pas kita kesana hampir mendekati jam tutup(pasar tutup jam 17.00), kami disana sekitar jam 16.00. Setelah merasa cukup dengan belanjaan dan gak mau terlalu kalap, akhirnya kita balik. Ditengah jalan, pas liat matahari hampir terbenam, mba Sari nawarin kita apakah mau mampir ke pantai Kuta dan dengan senang hati aku sama Syifa mengiyakan!
Matahari(telah) terbenam di Pantai Kuta, telat ); |
Mba Sari(kanan) dan Syifa yang nganterin ke Pantai Sanur |
Di Pantai Sanur tidak ada pelabuhan untuk bersandar, jadi naik kapalnya harus lewat air gini :) |
Pelabuhan Buyuk di Nusa Penida. Tenang, pelabuhannya ada dermaga jadi tinggal loncat dermaga, gaperlu lewat air kayak di Pantai Sanur tadi |
foto referensi dari google |
Reality XD |
Broken Beach |
Kalau kalian zoom fotonya, bakalan kelihatan track menuju pantai dibawah sana melalui punggung bebatuan |
Lagi-lagi kita gak turun ke area pantainya, waktunya udah mepet hehe |
Temi, dengan latar Diamond beach |
cheers..gosong |
Selfie sebelum penyebrangan kembali ke Pantai Sanur. Daffid, Aku, Yanuar. See you Guys! |
Kalau ada yang mau ditanyakan atau perlu kontak akomodasi selama di Bali, bisa DM ke instagramku ya @ismiasiseh atau emai: isme.azizah@gmail.com
Kamis, 16 April 2020
6 Hari backapacking ke Bali+ rincian biaya (part 1)
Subuh di Pelabuhan Gili Ketapang, Probolinggo |
Backpack usang yang udah bertahun-tahun ikutan jalan kemana aja |
Loket e-money sebelum pintu masuk khusus pejalan kaki |
E-money Indomaret yang bisa kalian pakai untuk beli tiket |
Lorong sebelum loket tiket |
Loket tiket |
Cuaca mendung dalam perjalanan menuju Bali |
Gilimanuk harbour gate |
Terminal Bus Gilimanuk |
Bus kecil yang kutumpangi menuju terminal Ubung |
Kenalin, Sahabatku, Kokom si model dadakan :) Mau foto ala2 model, tapi kamera dan fotografernya kurang proper hmmm |
Monumen Bajra Shandi |
Beberapa sudut di Monumen Bajra Shandi |
Coba sekali lagi, tetep fail fotonya ehehe
|
Rooftop Plaza Renon |
Ittadakimas! ditraktir Kokom ehe |
Jangan percaya dengan jepretan kamera, melihat langsung jauh lebih indah daripada foto ini, Suer! |
Gorgeous! |
Syifa dan dua lakon tari kecak yang(kurang) sadar kamera kami XD |
Spectacular! |
Warna langit berubah perlahan, dan prosesnya terlalu cantik! |
Mie kuah, tempe goreng, kopi dan hujan yang mulai undur diri |
Hari ini kita akan ke Tanah lot, setelah cuaca cerah tentunya. Tanah lot cukup jauh lokasinya dari tempat kami menginap, sekitar 1.5-2 jam dengan sepeda motor. Sudah termasuk beberapa kali salah jalan karena terlalu patuh sama google maps. Ohya, tadi malam kami sempat jalan-jalan ke Sidewalk jimbaran mall dan hanya melihat-lihat karena tak ada minat membeli. Mallnya lumayan sepi.
Tidaq bisa kesanaaa, air pasang |