Cinta sejati bagiku adalah seperti Ini..
Ibuku hanya seorang Ibu rumah tangga biasa yang kesehariannya disibukkan dengan masak, mencuci, bersih2. Ditambah kegiatan menjaga toko kelontong kecil yang bangunannya jadi satu dengan rumah kami. Dan juga sesekali menjahit menggunakan mesin jahit tua jika kebetulan ada pelanggan. Toko kami memang kecil namun tiap hari Alhamdulillah selalu ramai pembeli.
Bapakku adalah seorang nelayan yang setengah dari kesehariannya dihabiskan di tengah laut untuk mencari nafkah. Dan pekerjaan sampingannya adalah sebagai perangkat desa.
Tidak ada yang istimewa dari pekerjaan dan keseharian Ibuku dan Bapakku.
Aku hanya ingin menceritakan ada satu hal istimewa yang bisa kulihat dari ibuku.
Bapakku hampir selalu pulang dari kegiatan melaut pada jam yang sama setiap harinya. Apa kalian tau bagaimana nelayan menjual hasil lautnya? Biasa saja, pulang melaut mereka bisa langsung membawa hasil tangkapan dari perahu menuju pengepul ikan, pengepul ikan kemudian akan menimbang, mencatat hasil ikannya, lalu menyerahkan uang pada nelayan. Sesederhana itu.
Sama sederhananya dengan cinta Ibu untuk Bapakku. Ibuku, wanita yang memiliki senyum teduh itu hampir tidak pernah membiarkan bapak membawa hasil tangkapan ikannya sendiri ke pengepul ikan.
Setiap hari, di jam yang hampir sama, Ibu menutup toko beberapa saat hanya untuk menyambut kedatangan Bapakku melaut, kemudian akan membawakan hasil lautnya ke pengepul.
Membawanya di atas kepala dengan alas kain yang digulung. Selalu begitu hampir setiap hari.
Kata Ibu, bapak akan ngomel2 kalau ia tidak menungguinya. aku tersenyum. Bukan. Bukan itu alasan yang sebenarnya. Aku bisa menemukan alasan yang sebenarnya. Aku bisa melihat rasa ikhlas dari langkah kakinya menyambut kepulangan bapak dari melaut,
aku bisa melihat cintanya untuk bapak dari senyumnya yang teduh.
Dan aku bisa melihat betapa lapang jiwanya mensyukuri banyak ataupun sedikitnya rezeki yang diperoleh bapak setiap harinya kala itu.
Beberapa bulan yang lalu aku sengaja menunggu bapak ketika pulang dari melaut. Aku saja. Sendirian. Tanpa ditemani wanita yang memiliki senyum teduh itu. Aku saja, tanpa Ibu.
Duduk di gardu bambu di tepi laut, sementara bapak masih merapikan beberapa peralatan dan hasil tangkapan hari itu di perahu untuk kemudian membawanya ke bibir pantai tempatku menunggu.
Aku kembali tersenyum. Tersenyum mengingat seorang wanita yang biasa menunggu bapak di tempat yang sama. Ibu...
Cintamu yang sederhana kepada bapak,
Cintamu yang sederhana namun hebat, dari itu
Aku belajar arti cinta sejati yang sebenarnya..
Aku berjanji, kelak nanti, aku akan mencintai suamiku dengan sederhana seperci cinta yang kau ajarkan kepadaku tanpa kata-kata bu...
kelak nanti, semoga anak-anak ku dapat melihat cinta sejati orangtuanya seperti yang kulihat padamu bu...
** Mengenang 1036 hari sejak Ibu pulang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar